top of page

Ketika ternyata Pengasuh Anak berhasil “Mendidik” Anak Kita

Tak terbayangkan, hari-hari yang penuh dengan aktivitas dan segala kepenatannya, ketika pulang ke rumah mendapati anak kita memiliki kosakata baru yang lebih kaya. Haruskah disyukuri atau disayangkan? Itulah yang akan menjadi ceritanya, ketika kosakata yang muncul bukan kosakata biasa. Namun bahasa daerah kasar, celetukan yang spontan muncul ketika si mba pengasuh terlatah-latah kaget akan sesuatu, yang kerap diulangnya dihadapan anak kita. Ya, ternyata bukan bahasa yang enak kita dengar.


Kisah ini pun terjadi, tak kala si eyang sangat mengkhawatirkan keadaan cucunya yang sampai usia 3 tahun belum banyak berbicara. Kalang kabut berkonsultasi dengan dokter spesialis dan psikolog, usut punya usut, selama ini memang si anak menghabiskan waktunya dengan pengasuh yang kerap jarang sekali berbicara. Usaha keras dari orangtua dan tentu sang eyang untuk mengembalikan keceriaan dan menyusun kembali jalan menuju perkembangan bahasa yang normal untuk si anak.


Lain cerita, ketika pada saat momen ulang tahun seorang teman sekolah Tk, semua berkumpul ceria dan tertawa. Sampai tibalah MC mengajak semua bernyanyi. Awalnya bintang kecil, kemudian pelangi2, sampai beberapa lagu anak-anak yang lucu-lucu. Namun apakah yangterjadi, ketika ide si MC mentok mencari judul apa lagi. Dilantunkanlah melalui piano elektrik sebuah lagu dangdut yang lagi tren beredar, dengan syair yang jauh dari etika moral. Muncullah seorang anak belum 5 tahun memegang mic dihadapan semua, menyanyikan dengan fasih dan jelasnya “saya wanita murahan…. Danlainsebagainya….”. Tak kepalang malu bundanya yang tak tau ternyata anaknya hapal lagu itu, ya..ternyata si emba pengasuh yang memfavoritkan lagu ini, dipasang sebagai ringtone hpnya yang kerap berdering dikala ia menemani anak majikannya seharian.


Kisah yang lebih seru pun terjadi, ketika ternyata emba yang sangat dipercaya majikannya menemani 3 anak lelakinya. Membawa pacarnya sekalian ke rumah majikannya. Bercumbu dan bersenang senang dan itu jelas dilakukan dihadapan anak yang usianya kurang dari 7 tahun. Tak palang kaget tak terbayangkan, ketika si anak pun bercerita dengan polosnya tentang tontonan gratis yang dilihatnya, kepada bundanya yang sedang keletihan pulang malam harinya.


Apakah perlu disyukuri atau disayangkan? Ketika anak-anak kita mendapatkan ‘ilmu baru’ dari ‘guru’ terdekatnya, yang menemaninya tidur siang, memandikannya dan menyuapinya setiap hari. Itulah dia, peran signifikan yang dipegang dan dijalani siapa yang kita sebut pengasuh, asisten rumah tangga, atau bahkan kita sebut sebagai pembantu. Bukan masalah performance kerjanya, kinerjanya dan kesigapannya namun yang terpenting adalah akhlaqnya, perilaku yang mencerminkan segala keyakinannya dan pandangannya akan dunia dan kehidupannya, yang secara langsung dan tidak langsung ia ‘bagi’ dan tularkan kepada anak-anak kita tersayang.


Bersyukur, jika ternyata ia lebih baik pemahamannya dari kita sebagai orangtua. Namun, celakalah kita jika beberapa kisah di atas atau bahkan kisah yang lebih buruk ternyata kita alami.


Padahal masa anak sampai dengan menuju remaja, adalah masa pengenalan nilai, penanaman prinsip dan membiasaan akhlaq yang baik, sehingga kelak ia akan tumbuh sebagai pribadi yang sehat secara moral dan psikologis. Manfaatnya sampai ia dewasa, mau ditempatkan dimana saja dan dalam kondisi apapun ia tetap tampil sabagai pribadi yang ‘kuat” karakternya dan punya prinsip yang lurus dan moral yang baik. Bayangkan jika, masa pembelajaran yang penting tersebut dilakukan oleh orang yang tidak tepat, mau jadi apa anak kita kelak?.


Memang memilih adalah sebuah jalan keluar yang paling tepat. Memilih pengasuh dengan seleksi ketat. Atau bahkan memilih pakai pengasuh atau tidak. Ketergesaan atau rasa keterpaksaan atau alasan pragmatis yang membuat kita justeru menjerumuskan keluarga, dan yang terutama adalah anak-anak kita. Dan subhanallah, Allah telah mengatur sebaik-baiknya, bahwa Ibu adalah ‘madrasah’ bagi anak-anaknya.


Seri pendidikan anak :

Ketika ternyata Pengasuh Anak berhasil “Mendidik” Anak Kita -- Part 1

Sumber kisah: cerita asli dari 4 ibu yang berbeda.


Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page