top of page

Bagaimana kita harus belajar

Belajar adalah bagian dari proses kehidupan manusia. Al Alaq 1-5 adalah ayat pertama yang turun kepada Rosulullah Saw. Ayat ini berisi perintah membaca, menulis dan juga belajar. Allah Swt telah memberikan manusia sifat fitrah dalam dirinya untuk bisa belajar dan menggapai berbagai macam imu pengetahuan dan keterampilan hingga dapat menambah kemampuannya untuk mengemban amanat kehidupan di muka bumi ini, Dengan belajar pula manusia dapat meningkatkan kemampuan dan kepandaiannya untuk mencapai derajat manusia sempurna yang menjadi tujuan hidupnya.

Hal yang menjadi penting disini adalah hasil dari belajarnya seorang manusia untuk mencapai tujuannya. Muncul dalam perilaku dan perbuatan yang mencerminkan ilmu pengetahuan dan pemahamannya akan sesuatu. Hal ini yang menjadi bekal dan arahan untuk menjalankan kehidupan dan amanahnya sebagai khalifah di bumi ini. Dengan ilmu pengetahuan ini pun manusia diangkat Allah dengan derajat ketinggiannya. Sesungguhnya Allah meningkatkan derajat orang-orang yang mau belajar.

Banyak hal yang dapat menghambat belajar, sehingga terkesan belajar adalah sesuatu yang berat dan belajar adalah hal yang tidak menyenangkan, atau bahkan merasa tertekan ketika harus belajar. Bukankah seharusnya belajar adalah sesuatu yang menyenangkan? Bagaimana agar belajar menjadi suatu kebutuhan dan merasa nyaman dengan belajar?Ketika dihadapkan dengan pertanyaan ini, akan timbul beberapa ide, yang sebenarnya alasan mengapa kita enggan belajar. Hambatan belajar yang mengakibatkan belajar adalah sesuatu yang berat boleh jadi berasal dari diri si pembelajar, hambatan ini kemudian disebut sebagai hambatan internal. Dan boleh jadi, hambatan belajar yang mengakibatkan belajar adalah sesuatu yang berat berasal dari lingkungan tempat si pembelajar atau dari luar diri si pembelajar, hal ini kemudian disebut sebagai hambatan eksternal.

Proses belajar bisa berjalan sempurna dengan menerapkan metode belajar yang tepat. Setidaknya, kita dapat mempelajari empat metode belajar yang diisyaratkan dalam riwayat hadist Rosulullah Saw. Keempat metode belajar yang dimaksud adalah metode: Modelling, metode trial and error, metode conditioning dan metode berpikir

Proses belajar akan berjalan efektif dan optimal jika beberapa prinsipnya diterapkan dengan benar. Permasalahan yang terjadi bahwa tidak jarang proses pembelajaran berjalan lambat, bahkan tidak mencapai hasil yang baik. Hal ini dapat disesbabkan oleh tidak diterapkannya prinsip-prinsip belajar yang baik. Sejauh ini para psikolog sangat perhatian dan detail mengkaji masalah aktivitas belajar melalui metode eksperimen dan mereka pun berhasil menemukan batasan-batasan yang tegas untuk prinsip-prinsip belajar. Namun jauh sebelum para psikolog membahasnya, semenjak 14 abad yang lalu AlQuranul Karim seringkali mempraktekan prinsip-prinsip ini untuk meluruskan kembali perilaku manusia, mendidik jiwa dan membangun kepribadian mereka. Bahkan Rosulullah Saw, telah mengaplikasikannya dalam mendidik jiwa, meluruskan perilaku dan membangun kepribadian para sahabatnya. Beliau telah menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam menyiarkan dakwah islam kepada ummat manusia. Prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut: motivasi, reinforcement positif, Repetisi, Bertahap, Konsentrasi, Partisipasi Aktif dan Praktek

Para pendidik muslim generasi awal telah mempraktekan arahan yang diberikan oleh nabi. Mereka berwasiat agar pujian dan pemberian motivasi senantiasa diterapkan dalam proses mendidik. Mereka melarang hukuman yang berbentuk fisik, kalaupun harus memberian hukuman dalam kondisi-kondisi tertentu dilakukan tidak sampai mengakibatkan trauma pada perasaan.

Repetisi sangat penting untuk menanamkan kebiasaan. Ketika sebuah pengetahuan atau keterampilan diulang berkali-kali maka akan bertambah mahir dan terbiasa. Ia akan mampu menguasai pengetahuan atau secara reflek mendemonstrasikan kemahirannya.

Nabi Saw memberikan ajaran islam yang begitu ringan kepada para pemula. Beliau hanya memberikan kewajiban pokok dalam Islam agar keimanan mereka kuat terlebih dahulu di dalam hati. Jika keimanan telah tertanam kuat dalam hati mereka, maka dengan sendirinya mereka akan memiliki keinginan kuat untuk melakukan amalan-amalan sunnah lainnya.

Tugas para pendidik sebelum melakukan pengajaran adalah berupaya untuk membangkitkan konsentrasi. Cara yang telah Rosulullah contohkan dalam membangkitkan konsntrasi adalah sebagai berikut:

a. Memberikan contoh fakta yang bermakna

b. Mengajukan pertanyaan

c. Menggunakan perumpamaan

d. Menggunakan gambar peraga

Islam sangat memperhatikan metode partisipasi aktif. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana Al Quran memerintahkan manusia untuk belajar akhlaq yang baik dan perilaku terpuji dengan cara melatih mereka untuk menunaikan semua ibadah yang diwajibkan kepada mereka. Islam pun menyerukan kaum muslimin untuk selalu beramal sholeh. Sesungguhnya keimanan yang sesungguhnya tampak dari perilaku seseorang juga amalnya

Belajar akan menampakkan hasilnya jika kita menerapkan metode dan melaksanakan prinsip-prinsip belajar yang benar. Hasil belajar yang berhasil akan tampak pada internalisasi pengetahuan dan nilai-nilai kebaikan yang kelak akan secara spontan keluar dalam prilaku sehari-hari. Nilai-nilai dan pemahaman yang baik ini akan tampak dalam karakter dan akhlaq yang sangat sempurna karena dilandasi pada keimanan kepada Allah swt. Sehingga tujuan hidup manusia untuk menjadi khalifah dibumi ini akan terealisasi.

Pola pemikiran ini dapat dijadikan dasar dalam merumuskan sebuah 'kurikulum' untuk orangtua di rumah. Pendidikan di rumah sangat penting. Anak adalah merupakan amanah ”berat” yang dititipkan Allah kepada orang tuanya, terlebih lagi di tengah-tengah merosotnya nilai-nilai etika, moral dan gencarnya serangan permisifisme (budaya serba oleh) melalui media elektronik, tanggungjawab orang tua menjadi kian berat anak memang anugerah, bahkan di dalam al-Qur’an dikatakan sebagai persiapan hidup, ”Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia...” (QS. Al-Kahfi : 46)

Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai ahli baitnya, dan membaca al-Qur’an (HR. Ath-Thabrani). Tiga hal yang diperintahkan Nabi untuk diajarkan kepada anak-anak kita terkait dengan puncak dan asas berbagai kecerdasan pada anak kita. Bisa jadi sebagian orang menyebut kecerdasan ini dengan kecerdasan spritual atau kecerdasan relijius. Karena memperkenalkan pribadi Nabi Muhammad saw sejak dini akan menjadi pondasi penting pembangunan akhlak Islam pada anak-anak. Jadikanlah sosok Nabi itu hidup dalam benak mereka dan sangat mereka cintai. Tak ada pribadi yang lebih indah budi pekertinya daripada Nabi Muhammad. Dan engkau (Muhammad) sunggu berakhklaq mulia (QS; al Kalam:4). Dengan menghadirkan pribadi Nabi dalam keseharian anak-anak, mereka akan lebih mudah melaksanakan akhlaq Isalami, sebab ada sosok yang menjadi panutan dihadapan mereka. Menghadirkan sosok Nabi misalnya dapat dilakukan dengan mengisahkan betapa beliau pribadi yang penyayang kepada sesama manusia, betapa beliau amat penyantun, betapa beliau pemberani dalam membela kebenaran, betapa beliau taat kepada Allah dengan tekun beribadah dll. Teladani keluarga Nabi, Keluarga Nabi adalah istri dan anak-anak beliau dan juga menantu beliau yang shalih. Mereka pulalah orang-orang yang paling mencintai Nabi dan berusaha melanjutkan perjuangan Nabi dalam menyebarkan ajaran Islam. Kisah tentang mereka pun akan menjadi inspirasi sangat berharga bagi anak-anak kita dalam meneladani Nabi. Mungkin kita mesti banyak menggali bagaimana Nabi ikut serta mendidik Hasan dan Husein, cucu beliau, yang bahkan kerap beliau anggap sebagai anak-anaknya sendiri.


Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page